Belajar Budidaya Tanaman Jahe



Budidaya Tanaman Jahe
Jahe digolongkan ke dalam suku temu-temuan atau Zingibereceae bersama dengan temulawak, kunyit, temu hitam, kencur, lengkuas dan lain-lain. Sama seperti temu-temuan lainnya, jahe juga lazim digunakan sebagai herba obat dan bahan bumbu makanan. Jahe mengandung komponen senyawa yang bertanggungjawab atas sensasi panas dan juga aroma khas saat rimpangnya dimemarkan. Jahe tak hanya berfungsi sebagai bumbu dan bahan obat, di beberapa wilayah tertentu, jahe bahkan digunakan sebagai pestisida organik yang ampuh mengusir hama. Jahe memang memiliki beragam khasiat, sebagai tanaman obat, jahe berfungsi untuk karminatif (peluruh kentut), anti-muntah, pereda masuk angin, melebarkan pembuluh darah, anti-rematik dan masih banyak lagi lainnya. Mencermati beragam manfaat jahe ini, sangat wajar jika komoditi yang satu ini dijadikan salah satu tanaman utama petani. Pada dasarnya budidaya tanaman jahe sangat mudah. Jika Anda ingin tahu, berikut uraiannya!


Persiapan Awal

Sebelum membudidayakan jahe, Anda tentu harus memahami beberapa hal sebagai persyaratan tumbuh optimal jahe. Syarat tersebut antara lain iklim. Jahe membutuhkan curah hujan yang tergolong tinggi, berkisar di angka 2.500 hingga 4.000 mm per tahunnya. Sementara itu, penyinaran matahari dibutuhkan tanaman jahe mulai dari umur 2,5 sampai 7 bulan. Oleh sebab itu, median tanam sebaiknya tidak di titik teduh. Tanah yang cocok untuk jahe yakni subur, gembur dan banyak mengandung unsur hara. Lebih optimal lagi jika tanah lempung berpasir dan laterik. Perhatikan pula pH tanah, sebaiknya tanam jahe di tanah dengan tingkat keasaman 4,3 sampai 7,4. Jahe menyukai wilayah tropis dan subtropis, dengan demikian Indonesia sangat baik untuk menjadi sentra budidaya tanaman jahe.

Langkah selanjutnya dalam proses persiapan awal budidaya tanaman jahe adalah menyiapkan bibit. Untuk memenuhi syarat mutu genetik, bibit haruslah memiliki kualitas fisiologik yang berarti progress pertumbuhannya jauh lebih tinggi dan memiliki tampilan fisik yang baik. Untuk mendapatkan bibit terbaik, beberapa tips berikut akan membantu:
  • Jangan pernah membeli bibit langsung dari pasar. Jauh lebih baik jika Anda memperoleh bibit jahe  langsung dari kebun.
  • Pilihlah bakal bibit dari tanaman jahe yang sudah berusia 9 sampai 10 bulan. Usia tersebut meripakan usia terbaik.
  • Pilihlah tanaman dengan rimpang yang sempurna dalam arti tidak terdapat luka juga lecet.

Setelah mendapatkan bibit bermutu baik, selanjutnya adalah proses penyemaian bibit. Agar tumbuh jahe serentak, bibit terlebih dahulu harus disemaikan sampai tumbuh kecambah. Penyemaian bisa dilakukan di bendengan maupun peti kayu. Jika menggunakan peti kayu, maka pertama, rimpang jahe yang dijadikan bibit harus dijemur tetapi tidak sampai  kering. Setelah itu, rimpang tersebut disimpan selama 1 sampai 2 bulan. Setelah masa penyimpanan selesai, rimpang biasanya akan ditumbuhi tunas antara 1 sampai 3 per rimpang. Pisahkan masing-masing tunas tersebut dengan cara dipatahkan. Setelah terpisahkan, masing-masing tunas kemudian dijemur selama setengah sampai satu hari. Selanjutnya, siapkan larutan fungisida dan zat timbuh dalam satu wadah. Tunas yang telah dijemur kemudian dimasukkan ke dalam karung dengan pori-pori besar dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida dan zat tumbuh. Diamkan selama 1 menit.

Proses selanjutnya adalah memasukkan tunas yang telah direndam larutan tumbuh ke dalam peti kayu. Susun tunas dengan sekam padi, pastikan dasar peti kayu adalah tunas dan kemudian tutup dengan sekam padi dan masukkan lagi tunas kemudian tutup lagi dengan sekam tadi. Pastikan lapisan paling atas peti kayu adalah sekam padi. Masa penyimpanan tunas dalam peti kayu kira-kira 2 sampai 4 minggu. Setelah mencapai mas tersebut, bibit sudah bisa disemai dan siap ditanam pada lahan sebenarnya.


Jika Anda memilih cara penyemaian dengan bedengan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rumah penyemaian dengan ukuran 10 x 8 meter. Rasio ukuran tersebut untuk menyemai 1 ton bibit jahe. Sebelum memasukkan bibit, pastikan rumah tersebut telah dibuat bedengan dengan menggunakan tumpukan jerami. Ketebalan jerami mencapai 10 cm.  Rimpang yang menjadi bibit kemudian disusun dalam bedengan kemudian ditutup jerami, kemudian disusun lagi lapisan selnajutnya dengan bibit jahe dan ditutup jerami lagi, begitu selnajutnya sampai didapatkan 4 susun bibit jahe dan jerami. Setiap hari, tumpukan bibit dan jerami ini disemprot dengan larutan fungisida dan zat tumbuh.

Masa penyemaian di bedengan biasanya memakan waktu 2 minggu. Setelah itu Anda bisa membuka bedengan dan memilih bibit berkualitas untuk selanjutnya ditanam. Masing-masing rimpang bibit bisanya ditumbuhi 3 sampai 4 tunas. Pisahkan tunas tersebut dan bibit siap ditanam.

Sebelum dipindahkan ke lahan sebenarnya, bibit jahe harus disortir. Pastikan bibit bebas dari penyakit. Selanjutnya masukkan dalam karung dan diclupkan lagi ke dalam larutan fungisida. Diamkan selama 8 jam. Setelah itu bibit kemudian dijemur selama 2 sampai 4 jam. Setelah semuanya rampung, bibit sudah siap dipindahkan.

Proses Penanaman, Pemeliharaan Dan Panen

Sebelum menanam bibit jahe, pastikan lahan tanam sudah siap untuk digunakan. Akan jauh lebih optimal lagi jika tanah tersebot diolah menjadi bedengan-bedengan untuk menghindari kondisi air tanah yang kurang baik. Selanjutnya, pada bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan kedalaman 3 sampai 7 cm. Setelah semuanya siap, tanamlah bibit pada lubang tersebut dengan cara direbahkan. Masa penanaman terbaik adalah di awal musim penghujan agar pasoka air untuk jahe yang baru ditaman jauh lebih besar.

Pada usia 2 sampai 3 minggu, petani harus mengamati jahe. Jika ada bibit yang tidak tumbuh atau mati, harus segera dilakukan proses penyulaman, yakni mengganti dengan bibit baru. Pada usia 3 sampai 6 minggu, proses penyiangan sudah bisa dilakukan. Namun hal ini juga bergantung pada kondisi gulma di sekitar jahe. Setelah berusia 6 sampai 7 bulan, tidak lagi diperlukan proses penyiangan sebab di umur tersebut, tanaman jahe sudah memiliki rimpang yang kuat dan besar.


Langkah pemeliharaan selanjutnya dalah dengan pembumbunan. Tanah tempat jahe ditanam harus senantiasa gembur jadi petani sebaiknya mencangkul tipis-tipis tanah sekitar tanaman. Selain untuk menggemburkan, langkah ini juga bisa untuk menutup rimpang jahe yang kadang-kadang muncul di atas permukaan tanah. Langkah selanjutnya dalah pemupukan. Sebaiknya gunakan pupuk organik karena jahe termasuk herba obat. Penggunanaan bahan kimia akan membuat khasiat jahe berkurang. Pemberian pupuk organik dilakukan di masa awal penanaman dan juga saat melakukan pembumbunan juga penyiangan. Cara mengaplikasikan pupuk dengan ditebar atau dicampur dengan tanah.

Proses pemeliharaan tanaman jahe lainnya adalah pengairan dan juga penyiraman. Jahe sebenarnya tidak memerlukan air yang banyak, terlebih jika air hujan mencukupi terutama di masa awal penanaman. Adapun langkah penyiraman dilakukan dalam kadar tertentu tergantung kondisi tanah. Yang pasti, tanah harus gembur. Tidak kering tapi tidak juga tergenang air. Selanjutnya adalah penanggulangan hama penyakit. Binatang penggangu tanaman jahe biasanya adalah :
  • Kepik, menyebabkan daun  jahe berlubang.
  • Ulat penggesek akar. Binatang ini menyerang akar dan jika tidak ditanggulangi, tanaman jahe akan kering dan mati.
  • Kumbang.

Langkah taktis menanggulangi hama dengan menyempritkan pestisida secara berkala. Sebaiknya gunakan pestisida nabati bisa berupa tembakau yang ampuh untuk serangga kecil semacam Aphidis. Selain tembakau, petani juga bisa menggunakan piretrum yang amput mengusir ulat penggerek akar, lalat rumah, nyamuk, hama gudang, lalat buah dan lain-lain.


Setelah semua proses selesai, petani tinggal menunggu masa panen. Langkah pemanenan tergantung pada peruntukan jahe. Untuk jahe bumbu, sudah bisa dipanen di usia 4 bulan. Jika budidaya tanaman jahe ditujukan untuk industri pabrikan, sebaiknya dipanen di usia 10 sampai 12 bulan. Cara memanen harus hati-hati, tanah dibongkar menggunakan alat seperti garpu atau cangkul. Pastikan alat Anda tidak mengenai rimpang jahe. Setelah dipanen, jahe disimpan di tempat terbuka yang tidak lembab. Jangan ditumpuk, lebih baik jika disebar.